jump to navigation

Jangan Sampai Lupa May 11, 2012

Posted by DPRa PKS Pamulang Barat in Motivasi, Pemikiran.
Tags: , , , , ,
trackback

Ada 10 orang sedang mengikuti permainan memperebutkan rumah dan beserta isinya senilai Rp 5 miliar. Kepada mereka diberikan rule berupa 10 hal yang dianjurkan dan 10 hal yang tidak boleh dilakukan. Setiap kali melakukan hal-hal yang dianjurkan, mereka akan mendapat hadiah point. Di akhir permainan peserta yang mengumpulkan point tertinggi yang berhak atas hadiah rumah tersebut. Namun jika mereka melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, akan mendapat hukuman seketika itu juga dan pengurangan point sesuai dengan bobot kesalahan yang dilakukan. Kepada mereka diberitahu bahwa ada banyak kamera tersembunyi di seluruh area untuk mengawasi merekam selama 24 jam selama permainan itu berlangsung.

Menurut Anda, saat tahu bahwa ada kamera yang mengawasi, akankah  ada peserta yang melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan? Jika ke-10 peserta itu punya akal yang sehat, pasti akan menahan diri untuk tidak akan melakukan 10 hal yang tidak diperbolehkan. Bahkan, mereka akan menggunakan semua potensi dan sumber daya yang ada yang mereka miliki untuk melakukan semua hal yang dianjurkan secara berulang-ulang agar mendapat akumulasi point tertinggi.

Seperti itulah sebenarnya kehidupan kita di muka bumi ini. Sebuah permainan dengan batas waktu sepanjang usia kita. Allah swt. memberi aturan berupa syariatnya. Jika kita patuhi, maka akan ada pahala. Jika kita langgar, maka kita mendapat dosa. Orang yang berdosa akan dihukum oleh Allah swt.: ada yang langsung dihukum di dunia, ada yang nanti di akhirat, ada juga yang di dunia dan di akhirat. Siapa-siapa yang mendulang banyak pahala dan tidak membangkang kepada Allah swt., dia akan mendapat hadiah semua kelezatan yang ada di surga selamanya. Benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. bahwa orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya untuk kehidupan setelah mati.

Sayangnya, tidak semua kita berpikiran waras. Hampir setiap hari kita dapati orang-orang tergelincir melakukan hal-hal yang salah, hal-hal yang melanggar aturan Allah swt. Kita baca di koran, kita lihat di televisi. Mungkin benak kita akan berkata, itu lumrah. Para pelaku kriminal jalanan kan kepepet. Perut si pencopet lapar tak tertahankan lagi. Tapi, bagaimana pencurian yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak kekurangan makanan? Keserakahan. Begitulah kita bisa dengan cepat memberi jawaban atas motif pelanggaran mereka.

Artinya, perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan bisa dilakukan oleh siapa pun. Bisa oleh orang miskin, bisa oleh orang kaya. Bisa dari kalangan rendahan, bisa dari kalangan sosial kelas atas. Bisa dilakukan oleh lelaki, bisa juga perempuan. Bisa tua, bisa juga orang muda.

Kenapa manusia sulit sekali untuk konsisten berbuat lurus? Padahal semua konsekuensi pelanggaran aturan Tuhan sudah diketahuinya dengan gamblang. Masalahnya terletak pada iman. Kuat-lemahnya keyakinan kita kepada Allah swt. dan adanya hari pembalasan. Dan, Allah swt. melakukan pengawasan kepada kita selama 24 jam 7 hari selama hidup kita. Ada malaikat-malaikat yang mencatat semua baik-buruknya perbuatan kita. Hal ini bisa kita baca di Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat ke 11. “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah….”

Jadi, seperti ke-10 peserta yang sedang ikut permainan tadi, kita pun sudah seharusnya bisa menahan diri untuk hidup lurus. Dan, memang begitulah hakikat hidup kita: diisi dengan pertempuran baik dan buruk. Jika hati kita didominasi sifat buruk, maka pikiran, ucapan, dan perbuatan kita pun berwarna buruk. Jika orang-orang yang punya pikiran-ucapan-perbuatan buruk dominan di muka bumi ini, maka yang terbentuk pun peradaban buruk. Inilah hakikat perang yang sesungguhnya. Di dunia ini tidak ada perang antar agama, tidak ada perang antar negara. Yang ada perang identitas. Manusia yang baik melawan manusia yang buruk. Tentu saja tata nilai yang dipakai seabgai tolok ukur adalah tata nilai yang diberikan Tuhan.

Karena itu, siapa pun kita, presiden, menteri, anggota parlemen, pegawai birokrasi, dan rakyat umum, semua perlu mujahadah. Tadzkiyah an-nafs. Punya mekanisme untuk selalu membersihkan jiwa. Dengan senantiasa menjaga kebersihan hati dan mendekatkan diri kepada Allah swt, membiasakan kebiasaan baik. Biasakan beribadah karena ada korelasi antara akhlak dengan ibadah.

Alangkah bagusnya jika kita menjaga ibadah-ibadah kita dengan ukuran capaian standar minimal. Nabi saw. menyebut batas minimal shalat lima waktu adalah dikerjakan tepat waktu dan berjama’ah di masjid. Batas minimal membaca Al-Qur’an adalah 1 juz per hari atau khatam dalam waktu satu bulan. Batas minimal puasa sunnah adalah tiga hari di pertengahan bulan (puasa ayamul bidh). Kurang dari itu tidak boleh karena khawatir akan melonggarkan ikatan kita kepada Allah swt. Kalau ikatan longgar, di depan kita ada malaikat yang kasat mata pun, tetap saja kita cuek melakukan perbuatan yang melanggara aturan Tuhan.

Jika kita bisa beribadah lebih dari batas minimal –dengan menambah nawafil (ibadah sunnah tambahan) seperti shalat tahajjud, shalat dhuha, shalat rawatif, umrah, infak, dan sedekah–, Allah swt. akan dekat. Rasulullah saw. membuat tamsil jika kita mendekat kepada Allah sehasta, Allah mendekat kepada kita sedepa; jika kita mendekat berjalan, Allah mendekat dengan berlari. Jika kita dekat dengan Allah, maka Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah saw. mengabarkan, jika Allah mencintai seseorang, maka Dia akan menjadi mata-telinga-tangan-kaki orang tersebut. Artinya, Allah akan selalu bersamanya dan membimbing pikiran-ucapan-perbuatan orang tersebut. Jika orang itu memohon pertolongan, Allah akan meolongnya; jika orang itu meminta perlindungan, Allah akan melindunginya.

Karena itu jangan sampai ibadah kita turun-naik seperti persamaan grafik y = sin x. Harus ada tambahan konstanta +C. Dengan begitu posisi keimanan kita akan selalu berada di atas sumbu y = 0. Tidak pernah minus. Maklum, Nabi Muhammad saw. sudah memprediksi stamina kita dalam beribadah. Segetol-getolnya kita beribadah, pasti ada masa malasnya. Kata Rasulullah, beruntunglah jika ketika lagi malas, ia masih berada dalam sunahku (baca: kebaikan), dan celakalah orang yang ketika malas ia tidak berada dalam sunnahku (baca: keburukan).

Karena itu Allah swt. mengingatkan kita agar tidak bersikap seperti wanita yang mengurai benang yang sudah dipintalnya. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang mengurai benangnya yan sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali.” (QS An-Nahl [16]: 92). Allah tidak suka kita mengurai lagi kondisi jiwa kita yang sudah bagus dalam iman dan ibadah, menjadi buruk. Karena itu Allah swt. menginginkan kita menjadi pribadi-pribadi yang istiqamah (konsisten).

Apa faktor yang membuat kekonsistenan kita dalam kebaikan, rusak? Faktor waktu. Itu jawaban Allah atas pertanyaan kita itu. Lihat surat Al-Hadid ayat 16. “Janganlah kalian seperti orang-orang terdahulu yang kepada mereka Allah turunkan al-kitab, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Lupa. Inilah problem kita. Lupa Tuhan. Karena lupa Tuhan, maka lupa diri. Lupa diri akhirnya terperosok melakukan hal-hal yang buruk. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Fasik artinya gemar berbuat yang melanggar aturan Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi. Itulah orang-orang yang kehilangan identitas kesalehan. Karena itu, Rasulullah saw. menasihati kita agar tidak lupa akan jati diri kita. Selalu ingat. Dzikir. Fajadidu imanakum. Perbaharuilah selalu iman kalian. Dengan apa? Tahlil. Ucapkan Laa ilaha illallah. Tidak ada tuhan kecuali Allah. Dengan begitu kita akan selalu ingat siapa Allah dan siapa diri kita. Jangan sampai lupa.

Jangan sampai lupa bahwa kita hidup dalam permainan yang diawasi oleh Allah swt. 24 jam 7 hari. Ada surga menanti jika diakhir permainan. Ada neraka menanti bagi orang-orang yang gagal dalam permainan ini. Jangan sampai lupa!

Sumber
http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/jangan-sampai-lupa.html

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment